Senin, 14 Desember 2015

tasawuf di indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kajian tasawuf Nusantara adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kajian Islam di Indonesia. Sejak masuknya Islam di Indonesia telah tampak unsur tasawuf yang mengisi kehidupan beragama masyarakat Indonesia, bahkan saat ini pun kajian mengenai tasawuf masih menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Indonesia, dapat dibuktikan dengan semakin maraknya kajian Islam.
Menurut Dr. Alwi Shihab, tasawuf adalah faktor terpenting bagi tersebarnya Islam secara luas di Asia Tenggara. Meski setelah itu terjadi perbedaan pendapat mengenai kedatangan tarekat, apakah bersamaan dengan masuknya Islam atau datang kemudian. Perbedaan yang sama terjadi pula mengenai tasawuf falsafi yang diasumsikan sebagai sumber inspirasi bagi penentuan metode dakwah yang dianut dalam penyebaran Islam tersebut.
Maka dari itu dalam makalah ini kami akan menjabarkan mengenai bagaiamana tasawuf yang bekembang di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan tasawuf di indonesia?
2. Siapa saja tokoh tasawuf di indonesia dan bagaimana ajarannya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan tasawuf di indonesia
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh tasawuf dan ajarannya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan tasawuf di indonesia
Ajaran tasawuf didunia islam tidak lepas dari peran dua sufi besar yaitu ibn ‘arabi (1165-1240 M) dan al-ghazali (1058-1111 M). Kedua tokoh ini memiliki pandangan yang berbeda, ibn ‘arabi berpandangan tasawuf filosofis, sementara al ghazali memiliki pandangan ortodoksi.
Setelah berbicara mengenai corak tasawuf dari kedua sufi tersebut, selanjutnya penulis akan membahas pengaruh kedua sufi tersebut dalam perkembangan akhlak tasawuf dinusantara. Menurut sejarah tasawuf masuk nusantara diperkirakan abad 14 masehi yaitu sejak raja merah silau masuk islam yang kemudian berganti gelar menjadi sultan malikus shalih.
Masuknya akhlak tasawuf dinusantara menimbulkan perdebatan. Tasawuf alghazali masuk nusantara diperkirakan sekitar abad 16 M. Sebagai buktinya ditemukan penjelasan kitab ihya’ ‘ulumal-din al-ghazali dalam bentuk kesusastraan jawa pada manuskrip kedua yang diberi judul Een javaanse primbun uit de zestiende eeum. Begitu juga ajaran ibn ‘arabi yang memasuki nusantara sekitar abad 16 M. Yaitu saat terjadinya konflik keagamaan antara syekh siti jenar dengan walisanga terkait ajaran manunggaling kawulo gusti.
Selanjutnya, pada abad 17 di aceh muncul hamzah fansuri yang mengembangkan ajaran wujudiyyat. Setelah itu muncul syamsudin al sumatrani yang mengajarkan martabat tujuh al-burhanpuri dan juga mengembangkan ajaran wujudiyyat. Pada abad berikutnya terjadi konflik keagamaan terkait ajaran wujudiyyat hamzah fansuri dan martabat tujuh al burhanpuri yang menyebabkan munculnya nur al din al raniri sebagai tokoh penentang terkait konflik tersebut. Perdebatan tersebut menyebabkan keluarnya fatwa nur al-din al-raniri yang menjadi mufti sultan iskandar tsani dengan menjatuhkan hukuman mati kepada para pengikut hamzah fansuri serta membakar karya-karya yang berbau wujudiyyat.
Perdebatan diatas menggambarkan terjadinya benturan pemahaman antara pengikut tasawuf ibn ‘arabi dan al-ghazali. Padahal ajaran kedua tokoh tersebut secara substansi memiliki kesamaan. hal ini dapat dsilihat dalam kitab karangan mereka yang saling berhubungan satu sama lain karena ibn’ arabi sering mengutip pendapat al-ghazali serta sufi lainnya.
Ditengah konflik keagamaan muncul generasi pembaharu yang mendamaikan konflik antara pengikut tasawuf al-ghazali dan ibn’ arabi. Para generasi pembaharu tersebut yaitu neo-sufisme. Tokoh-tookohnya adalah abd al-rauf al-sinkili, syekh yusuf al-makkasari. Mereka sebagai abad generasi tasawuf ibn’ arabi dan al-ghazali dinusantara abad 17-18M. Dalam perkembangannya corak tasawuf yang disebarkan oleh tokoh pembaharu dapat diterima oleh umat islam di nusantara dan berkembang pesat dari generasi ke generasi hingga sekarang.
B. Tokoh-tokoh tasawuf di indonesia
1. Hamzah al-fansuri
Ajaran tasawuf hamzah al-fansuri
Pemikiran-pemikiran al-fansuri banyak dipengaruhi oleh ibn arabi dalam paham wahdat al-wujudnya. Seabagai seorang sufi ia berpendapat bahwa tuhan lebih dekat melebihi leher manusia sendiri dan tuhan tidak bertempat walaupun sering dibilang Dia ada dimana-mana.
Hamzah al-fansuri menolak ajaran pranyama dalam agama hindu yang mengatakan bahwa tuhan berada pada bagian tertentu tubuh manusia seperti ubun-ubun yang dipandanag sebagai jiwa dan dijadikan titik konsentrasi dalam usaha mencapai persatuan.
Menurutnya wujud itu hanya satu walaupun kelihatan banyak. Dari wujud yang satu ini, ada yang merupakan kulit (mazzhar, kenyataan lahir) dan isinya (kenyataan batin). Ia menggambarkan wujud tuhan bagaikan lautan dalam yang tidak bergerak, sedangkan alam semesta merupakan gelombang lautan wujud tuhan. Dzat yang mutlak ini diumpamakan gerak ombak yang menimbulkan uap, asap, awan kemudian menjadi dunia gejala. Kemudian segala sesuatu kembali lagi kepada tuhan yang digambarkan bagaikan uap, asap, awan, lalu hujan, sungai, dan kembali ke lautan.
2. Nuruddin ar-raniri
Ajaran tasawuf nuruddin ar-raniri
1) Tuhan
Pendirian ar-raniri dalam masalah ketuhanan pada umumnya bersifat kompromis. Ia berupaya menyatukan paham almutakallimin dengan paham para sufi yang di wakili ibn arabi. Ia berpendapat bahwa ungkapan “wujud allah dan alam esa” berarti alam ini merupakan sisi lahiriah dari hakikatnya yang batin, yaitu Allah SWT. Akan tetapi, ungkapan itu pada hakikatnya adalah bahwa alam itu tidak ada. Yang ada hanyalah wujud allah yang esa.
2) Alam
alam ini diciptakan allah melalui tajalli. Ia menolak teori al-faidh (emanasi) al-farabi karena membawa pada pengakuan bahwa alam ini qadim sehingga dapat jatuh pada kemusyrikan. Alam dan falak menurutnya adalah wadah tajjali asma dan sifat allah SWT.
3) Manusia
Manusia adalah makhluk Allah SWT yang paling sempurna sebab, manusia merupakan khalifah dibumi.
4) Wujudiyyah
wahdat al-wujud diartikan bahwa tuhan itu satu dengan alamnya. Menurutnya pendapat hamzah al-fansuri tentang wahdat al wujud dapat membawa pada kekafiran. Ar-raniri berpendapat bahwa jika Tuhan dan Makhluk itu hakikatnya satu dapat dikatan bahwa manusia adalah tuhan begitupula sebaliknya, dengan demikian semua makhluk adalah Tuhan dan semua perilaku yang dilakukan manusia baik dan buruk berarti Allah turut serta melakukannya.
5) Hubungan syariat dan hakikat
pemisahan hubungan kedua tersebut menurut ar-raniri adalah sesuatu yang tidak benar. Untuk menguatkan pendapatnya, ia mengajukan beberapa pendapat pemuka sufi diantaranya menurut syekh Abdul Al-Aidarusi bahwa tidak ada jalan menuju Allah, kecuali dengan syari’at yg merupakan pokok dan cabang Islam.
3. Syekh Abd Rauf Al-Sinkili
Ajaran tasawuf Syekh abd rauf al-sinkili
As-sinkili berusaha merekonsiliasi antara tasawuf dan syari’at. Ajaran tasawufnya yaitu menganut paham satu-satunya wujud hakiki, yaitu Allah sedangkan alam bukannlah merupakan wujud hakiki, walaupun demikian, antara bayangan (alam) dan yang memancarkan bayangan (Allah) terdapat keserupaan. Sifat-sifat manusia adalah bayangan Allah SWT.
Zikir merupakan usaha untuk melepaskan diri dari sifat lalai dan lupa. Tujuan dzikir adalah mencapai fana’ (tidak ada wujud selain wujud Allah SWT)
Menurut as-sinkili ada 3 martabat perwujudan tuhan pertama, martabat ahadiyyah atau la ta’ayyun alam masih berada pada hakikat gaib yaitu berada dalam ilmu tuhan. Kedua, martabat wahdah atau ta’ayyun awwal yaitu sudah tercipta hakikat muhammadiyah yang potensial bagi terciptanya alam. Ketiga, martabat wahdiyyah ta’ayyun tsani dari sinilah alam tercipta.
4. Syekh Yusuf Al-Makasari
Ajaran tasawuf Syekh yusuf al-makasari
Syekh yusuf mengungkapkan paradigma sufistiknya bertolak dari asumsi dasar bahwa ajaran islam meliputi dua aspek, yaitu lahir (syari’at) dan batin (hakikat). Syari’at dan hakikat harus dipandang dan diamalkan sebagai satu kesatuan.
Beliau juga mengembangkan istilah al-ihathah (peliputan) dan al-ma’iyyah (kesertaan). Keduanya menjelaskan bahwa tuhan turun (tanazul), sementara manusia naik (taraqi), suatu proses spiritual yang membawa keduanya lebih dekat. Proses ini tidak mengambil bentuk kesatuan wujud antara manusia dan tuhan. Sebab al-ihathah dan al-ma’iyyah tuhan terhadap hamba-Nya adalah secara ilmu.
Syekh yusuf berbicara pula tentang insan kamil dan proses penyucian jiwa. Ia mengatakan bahwa hamba akan tetap hamba walau naik derajatnya dan tuhan akan tetap tuhan walau turun pada diri hamba. Dalam proses penyucian jiwa kehidupan bukanlah untuk ditinggalkan dan hawa nafsu harus dimatikan. Sebaliknya, hidup diarahkan untuk menuju tuhan. Berkenaan dengan cara menuju tuhan, ia membaginya kedalam tiga tingkatan. Pertama, tingkatan akhyar (orang-orang terbaik), yaitu dengan memperbanyak shalat, puasa membaca al-qur’an, naik haji, dan berjihad dijalan allah SWT. Kedua, cara mujahadat asy-syaqa’ (orang-orang yang berjuang melawan kesulitan) yaitu latihan batin untuk melepaskan perilaku buruk dan menyucikan pikiran dan batin dengan lebih memperbanyak amalan batin dan melipatgandakan amalan lahir. Ketiga, cara ahl adz-dzikr, yaitu jalan bagi orang yang telah kasyaf (orang-orang yang mencintai tuhan, baik lahir maupun batin) untuk berhubungan dengan tuhan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ajaran tasawuf didunia islam tidak lepas dari peran dua sufi besar yaitu ibn ‘arabi (1165-1240 M) dan al-ghazali (1058-1111 M). Kedua tokoh ini memiliki pandangan yang berbeda. Menurut sejarah tasawuf masuk nusantara diperkirakan abad 14 masehi. Berhubung kedua sufi yang berpengaruh memiliki pandangan yang berbeda sehingga ketika masuk ke nusantara terdapat pedebatan mengenai dua corak tasawuf dari kedua tokoh tersebut. Sampai pada akhirnya muncul tokoh pembaharu sehingga ajaran tasawuf di indonesia dapat diterima.
Tokoh pembaharu yang berperan yaitu pertama, Hamzah Al-Fansuri dengan paham wahdat al-wujudnya. Kedua, nuruddin ar-raniri yang terdiri dari tuhan, alam, manusia,wujidiyyah dan hubungan syari’at dan hakikat. Ketiga, As-sinkili yang berusaha merekonsiliasi antara tasawuf dan syari’at. Keempat, Syekh yusuf al-makasari yang mengatakan bahwa ajaran islam meliputi dua aspek, yaitu lahir (syari’at) dan batin (hakikat).
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, rosihon. Akhlak tasawuf. Bandung: pustaka setia. 2010.
Noer, kaustar A. Tasawuf kontemporer nusantara: integrasi tasawuf ibn’arabi dan al- ghazali. jakarta: PT. Ina publi katama. 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar