Senin, 14 Desember 2015

pengertian biopsikologi

BAB I
PENGANTAR BIOPSIKOLOGI
A. PENGERTIAN BIOPSIKOLOGI
Definisi Biopsikologi
 iopsikologi adalah suatu studi ilmiah tentang biologi perilaku (Dewsburry 1991). Dalam biopsikologi kita akan mempelajari mekanisme perilaku dan pengalaman dari sisi fisiologis, evolusi, serta perkembangan. Istilah biopsikologi memiliki makna yang sama dengan psikobiologi, psikologi fisologis, atau neurosains perilaku, tetapi Jhon P.J. Pinel lebih suka menyebutnya dengan istilah biopsikologi, karena menunjukkan pendekatan biologis dalam studi tentang psikologi dan bukan pendekatan psikologis pada studi biologi.
Istilah biopsikologi menekankan tujuan utama pembahasan yaitu kaitan antara topik-topik biologi dengan psikologi. Sebagian besar pembahasan di dalam bipsikologi terpusat pada fungsi otak. Pengkajian terhadap otak mengungkapkan adanya sub-area yang sangat berbeda, pada tingkat mikroskopis, dengan ditemukannya dua tipe sel di dalam otak yaitu: neuron dan glia (penyokong syaraf). Neuron adalah sel-sel yang menerima dan meneruskan sinyal-sinyal elektrokimiawi yang luar biasa rumit. Sedangkan glia juga memiliki fungsi yang beragam tetapi glia tidak meneruskan informasi dengan jarak yang sangat jauh. Kerja neuron dan glia dapat menimbulkan begitu banyak ragam perilaku dan pengalaman. Oleh karena itu para ahli biopsikologi melakukan berbagai usaha penelitian untuk menjelaskan secara terperinci bagaimana proses tersebut dapat terjadi.
Pikirkan kompleksitas otak kita, dengan 100 miliar neuron yang tersusun secara kompleks dan lebih dari 100 triliun hubungan yang terjadi didalamnya dengan jalur-jalur sinyal neural yang tak terhingga yang membuatnya begitu kompleks.
Biopsikologi adalah sebuah disiplin integratif. Biopsikologi menyatukan pengetahuan dari disiplin-disiplin ilmu neurosains yang lain seperti neuroanatomi, neurokimia, neuroindrokinologi, neurofisilogi dan lain-lain, dan menerapaknnya pada studi tentang perilaku.
 
B. BIOLOGI PERILAKU
Jika kita membahas tentang biologi perilaku, kebanyakan pertanyaan yang muncul adalah perilaku itu apakah fisiologis atau psikologis, diwarisi atau dipelajari?. Menurut R. Descartes (1596-1650) tubuh manusia termasuk otak diperkirakan sepenuhnya fisik, demikian juga tubuh binatang-binatang selain manusia. Kebanyakan orang saat ini mengerti bahwa perilaku manusia memiliki dasar fisiologis, tetapi banyak juga yang masih memegang asumsi dualistik bahwa ada katagori aktivitas manusia yang lebih penting dibanding otak manusia. Mengenai perilaku diwarisi atau dipelajari kita bisa mengambil teori dari psikologi eksperimental di Amerika Utara dan kajian tentang perilaku di Eropa. Dari teori ini dapat terlihat sekali perbedaannya yaitu kebanyakan psikolog eksperimental awal di Amerika utara menyatakan perilaku itu secara keseluruhan di dapat karena nurture/belajar. Sedangakan kajian tentang perilaku di Eropa yang memfokuskan kajian tentang perilaku instingtif (perilaku yang tampaknya terjadi dalam seluruh anggota suatu spesies walaupun seperti tidak ada kesempatan untuk mempelajari perilaku tersebut), dan menekankaan peran alam, atau faktor-faktor yang diwarisi dalam perkembangan perilaku. Para etolog ini beranggapan bahwa perilaku itu sepenuhnya karena diwarisi. Namun pendapat mereka semua masih keliru.
Fisiologis atau Psikologis?
Perdebataan antara fisiologis atau psikologis, dan nature atau nurture terhadap biologi perilaku didasarkan karena cara berpikir yang tidak tepat. Dua bukti yang berlawanan dengan pemikiran fisiologis atau psikologis oleh Descartes (tentang asumsinya bahwa sebagian aspek fungsi psikologis manusia begitu kompleks sehingga mustahil dihasilkan oleh otak yang bersifat fisik), mulai muncul tidak lama setelah dualisme pikiran-otak Descartes diterima oleh Gereja Roma. Dari kedua contoh kasus berikut, semuanya berhubungan dengan kesadaran diri, yang secara luas diperkirakan sebagai ciri bagi human mind (jiwa, self, roh). Bukti pertama yaitu banyak demonstrasi yang menyatakan bahwa sebuah perubahan psikologis (kesadaran diri, ingatan, emosi dll) dapat dihasilkan oleh kerusakan atau stimulasi pada bagian-bagian otak tertentu. Bukti kedua adalah demonstrasi tentang spesies non-manusia memiliki kemampuan yang pernah diasumsikan murni psikologis dan oleh karenanya murni manusiawi.
Contoh kasus yang dapat mengilustrasikan kedua macam bukti di atas adalah yaitu tulisan Oliver Sack (1985), “Laki-Laki yang Jatuh dari Tempat Tidur”, laki-laki ini menderita asomatognosia, atau defisiensi kesadaran tentang bagian-bagian tubuhnya sendiri. Penyakit asomatognosia biasanya melibatkan bagian tubuh sebelah kiri yang disebabkan karena kerusakan lobus parietal kanan pada otak. Singkat cerita laki-laki ini terkejut pada dirinya sendiri ketika terbangun dari tidurnya, Ia terkejut akan keberadaan kaki kirinya yang dianggap asing baginya. Lalu Ia melemparkan kaki kirinya dan ikut terjatuh. Intinya di sini adalah meskipun perubahan kesadaran diri yang ditunjukkan laki-laki tersebut sangat kompleks, akan tetapi jelas perubahan tersebut juga disebabkan karena kerusakan otak.
Contoh kedua yaitu tentang penelitian oleh G. G. Gallup tentang kesadaran diri simpanse. Sekelompok simpanse pra dewasa yang dibesarkan secara berkelompok dengan cermin. Pada satu dua hari pertama mereka hanya menganggap bayangan yang ada dalam cermin adalah teman sesamanya, akan tetapi mulai muncul perilaku yaitu memperhatikan dengan seksama apa yang ada dalam cermin tersebut, secara progresif mereka mulai memainkan wajahnya, melihat dirinya sendiri degan memantau hasilnya pada cermin. Eksperimen selanjutnya Gallup memberikan bius pada sekelompok simpanse tersebut dan memberikan warna merah pada salah satu alis mereka. Setelah tersadar dari biusnya, mereka mulai dihadapkan kembali pada cermin dan semua simpanse menunjukkan respon yang mengarah pada tanda merah secara berulang-ulang, dan peningkatan perilaku mengamati dirinya di cermin sebanyak tiga kali lipat. Gallup berpendapat bahwa hal serupa juga akan terjadi pada manusia, bila suatu pagi mereka terbangun dan melihat ada perbedaan pada tubuh atau wajahnya maka mereka akan dengan seksama melihat pada cermin karena mereka menyadari bahwa sebelumnya itu tidak ada pada dirinya.
Diwarisi atau Dipelajari?
Pembahasan apakah perilaku itu diwarisi atau dipelajari (nature or nurture) dapat dirangkum dengan menjabarkan pernyataan dari Mark Twain yang menyatakan: “Laporan-laporan kematian pemikiran itu sudah dibesaar-besarkan.” Pertama, faktor-faktor lain dari genetika dan belajar ternyata juga mempengaruhi perkembangan perilakku, faktor-faktor tersebut seperti faktor lingkungan, asupan nutrisi, stres, dan stimulasi indrawi terhadap fiturs juga terbukti memmpengaruhi perilaku. Dari penemuan ini menyebabkan melebarnya konsep nature or nurture hingga memasukkan berbagai faktor pengalaman selain faktor belajar, dan mengubah dikotomi nature or nurture menjadi “Faktor-faktor genetik atau pengalaman.”
Perkembangan selanjutnya, ada pernyataan bahwa perilaku itu selalu berkembang di bawah kontrol gabungan nature dan nurture dan bukan di kontrol oleh salah satu darinya. Pertanyaan tentang “Apakah perilaku bersifat genetik atau sebagai hasil dari pengalaman?” mulai mereka ganti dengan pertanyaan lain, yaitu: “Seberapa banyak yang terbentuk karena genetik dan seberapa banyak yang merupakan hasil dari pengalaman?” Pertanyaan seberapa banyak yang terbentuk karena genetik dan seberapa banyak yang merupakan hasil dari pengalaman? sama seperti pertanyaan sebelumnya, sama-sama memiliki kekurangan. Masalahnya versi ini didasari oleh premis bahwa faktor genetik dan pengalaman berkombinasi secara aditif, semisal kecerdasan seseorang tercipta melalui kombinasi dari begitu banyak bagian genetik dan begitu banyak pengalaman, bukan melalui interaksi antara genetika dan pengalaman. Pada dasarnya kita tidak bisa memisahkan seberapa banyak kontribusi genetik dan seberpa banyak kontribusi dari pengalaman dalam perilaku, semua itu jawabannya terletak pada pemahaman tentang interaksi anatara genetik dan pengalaman.
 Penjelasan biologis dari perilaku dibedakan menjadi 4 kategori :
1. Penjelasan Fisiologis
  Yaitu mengkaitkan perilaku dengan aktivitas otak dan organ-organ tubuh lain.
Contoh : penggunaan obat-obatan, reaksi kimai yang dihasilkan oleh obat akan berpengaruh pada aktivitas otak dan kemudian dapat mengendalikan kontraksi otot.
2. Penjelasan Ontogeni
 Yaitu mendeskripsikan tentang perkembangan sebuah struktur atau perilaku. Penjelasan ini memandang bahwa gen, nutrisi pengalaman serta interaksi antara satu dengan yang lainnya m
empengaruhi perilaku seseorang. Contoh : balita hingga dewasa akan terlatih dalam menanggapi sebuah implus hal ini berkaitan dengan perkembangan sisi depan otak.
3. Penjelasan Evolusi
 Yaitu akan merekonstruksi sejarah evolusi struktur atau perilaku. Sebagai contoh adalah ketika manusia merasa ketakutan maka reaksi yang terjadi adalah merinding, atau menegakknya rambut halus pada lengan atau tengkuk. Hal tersebut tidak bermanfaat apa-apa bagi manusia, tetapi rambut yang menegak pada mamalia akan berguna untuk mengelabuhi hewan lain bahwa seolah-olah ukuran badannya membesar dan menakutkan bagi yang lain. Penjelasan evolusi tentang perilaku merinding pada manusia mengungkapkan bahwa perilaku tersebut muncul pada salah satu leluhur manusia dan kita mewarisi kemamuan tersebut.
4. Penjelasan Fungsional
 Yaitu akan menjelaskan mengapa suatu struktur atau perilaku berevolusi. Pada sebuah populasi kecil dan terisolasi, sebuah gen dapat terwariskan secara tidak sengaja melalui suatu proses, sering disebut sebagai hanyutan genetika. Contohnya adalah kuda jantan dominan yang memilik banyak keturunan akan mewariskan seluruh gennya, tak terkecuali yang baik maupun yang buruk. Efek hanyutan genetika ini akan berkurang jika populasi membesar. Dengan demikian sebah gen yang dengan mudah ditemui di populasi besar, mungkin bermanfaat di waktu lalu dan kurang bermanfaat di waktu sekarang. Ada juga contoh lain dimana spesies memiliki bentuk atau rupa yang sama dengan lingkungan hidupnya sehingga dapat memeberikan manfaat untuk berkamuflase ketika datang bahaya.
C. PENDEKATAN BIOLOGI
Ada tiga konsep utama dari ilmu biologi yang mendukung untuk menjelaskan mengenai psikologi manusia
1. Genetika adalah sebuah pembelajran tentang sifat yang diwariskan secara genetik. Dalam ilmu psikologi genetika diterapkan untuk mempelajari seberapa besar dampak sifat psikologis orang tua yang diwariskan pada anak. Salah satu hal yang identik dengan genetika adalah kecerdasan.
Genetika perilaku: genetika tentang perbedaan individu
Genetika perilaku adalah studi yang membahas perbedaan psikologis antar individu. Dua faktor yang mempengaruhi perbedaan individu yaitu gen dan lingkungan. Kedua faktor itu biasanya merupakan bawaan dari lahir dan terbentuk melalui lingkungan, karena genetik ditentukan lewat biologi (karena itu disebut bawaan), sedangkan faktor lingkungan dikendalikan oleh orang lain (karena itu disebut bentukan). Ahli genetika perilaku berpendapat bahwa faktor bawaan dan bentukan sangat penting. Maka, jangan terjebak dengan asumsi bahwa individu dikendalikan sepenuhnya oleh gen.
 Sekitar 99,9 % gen setiap individu sama, gen inilah yang menjadikan individu sebagai manusia dan presentase yang menjadika individu satu dan lain berbeda hanya 0,1 %. Walaupun demikian angka 0,1 % sudah dapat menjelaskan perbedaan- perbedaan mendasar setiap manusia. Sifat yang sebagian dipengaruhi gen dikatakan memiliki heritabilitas (heritability) tinggi. Contoh yang termasuk dalam heritabilitas tinggi yaitu tinggi badan, sedangkan sopan santun termasuk kedalam kategori heritabilitas rendah, sebab yang menjadi faktor utama yang menentukan tingkat kesopanan individu adalah cara bagaimana individu tersebut dibesarkan.
Perkembangan Perilaku : Interaksi Faktor-Faktor Genetik dengan Perilaku
 Faktor genetik dan pengalaman organisme berinteraksi untuk mengarahkan ontogeni perilaku. Ontogeni adalah perkembangan individu selama Ia hidup. Sedangkan phylogeny adalah perkembangan evolusioner spesies selama berabad-abad.
Contoh interaksi antara genetika dan pengalaman
 adalah eksperimen Tryon (1994) tentang tikus-tikus Maze Bright dan Maze Dull. Tryon melakukan fokus eksperimen selective-breeding (pengembangbiakan selektif) pada perilaku dan fokus penelitian tentang belajar: jalur maze tikus laboratorium. Dia mulai melatih tikus untuk melewati maze yang rumit, dan memberikan hadiah pada tikus jika mereka berhasil memecahkan gang-gang secara benar. Tikus Bright adalah julukan tikus-tikus yang sedikit sekali salah dalam memasuki gang. Sedangkan Maze Dull adalah julukan tikus-tikus yang sering memasuki gang yang keliru. Tryon mengawinkan tikus betina dan jantan maze bright begitupun dengan tikus-tikus maze dull. Untuk mengetahui bahwa kinerja maze learning diturunkan dari genetika orangtua pada anaknya melalui belajar, ia melakukan pengujian cross fostering control procedur yaitu pertukaran pengasuh antara maze bright dan maze dull. Akan tetapi, hasil menujukkan anak-anak maze bright tetap sedikit dlam melakukan kesalahan memasuki gang dan anak-anak maze dull tetap banyak melakukan kesalahan meski diasuh oleh induk maze bright. Hal umum penting dari selective breeding adalah sebuah sifat perilaku biasannya membawa induk bagi perilaku lain yang bersamanya. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh gen dalam pengembangbiakan.
Searle (1949) membandingkan antara tikus-tikus maze bright dan maze dull pada 30 tes dan semuanya menunjukkan perilaku yang berbeda, walaupun tikus maze bright tetap unggul menjadi maze learners namun hasil tersebut bukan karena semata genetiknya melaikan karena mereka tidak terlalu emosional. Bukti lain juga diungkapkan oleh Cooper dan Zubek (1958) yang menyatakan bahwa faktor lingkungan awal bagi tikus juga mempengaruhi perilaku mereka.
Sedangkan bila kita membahas tentang perbedaan psikologis genetika manusia, maka dapat didefiniskan bahwa setiap orang merupakan produk dari interaksi antara gen dan pengalaman, efek dari gen serta pengalaman hidup tidak dapat dipisahkan.
Pembahasan tentang genetika perilaku
Latar belakang adanya pembahasan genetika perilaku yaitu banyak ahli psikologi yang prihatin akan persoalan-pesoalan moral yang dipicu oleh oleh faktor genetika perilaku. Sejarah mencatat ada bebrapa keyakinan politik yang sangat kelam salah satunya adalah gerakan Eugenetika (Eugenetics). Gerakan ini bertujuan untuk memperbaiki perkembangbiakan gen manusia secara selektif. Nazi yang berusaha menghapus gen-gen inferior melalui pemusnahan ras secara sistematis. Sejarah tersebut telah mencemari reputasi genetika perilaku. Kalau setiap individu sudah dapat memahami gen masing-masing, pasti akan muncul masalah yang baru lagi. Masalah-masalah ini sangat nyata, tetapi ada satu hal yang paling berbahaya, yaitu menolak semuanya tanpa mempertimbangkan mana yang baik dan mana yang buruk. Pemahaman yang baru menerangkan bahwa lingkungan setidaknya sama pentingnya dengan gen. Jadi jelas eugenetik sama sekali tidak berhasil. Namun memang ada beberapa hal yang ditunjang oleh genetika perilaku.
2. Evolusi
Evolusi adalah perubahan susunan genetik setelah melalui banyak generasi dalam waktu yang lama. Hal ini dapat menimbulkan munculnya spesies baru sebagai akibat dari berubahnya susunan genetik dari spesies sebelumnya. Charles darwin adalah ilmuan biologi pertama yang menemukan dan mengumpulkan bukti-bukti bagaimana evolusi itu terjadi.
Darwin memberikan tiga macam bukti yang mendukung bahwa spesies dapat berevolusi: (1) ia memperoleh bukti dari perubahan fosil yang terdahulu sampai lapisan geologi yang lebih baru. (2) mendeskripsikan kemiripan struktural diantara spesies yang masih hidup (misalnya, telapak tangan manusia, sayap burung dan cakar kucing) yang menunjukkan mereka berevolusi dari nenek moyang sama. (3) ia menunjukkan perubahan-perubahan pada tanaman dan hewan melalui selective breeding. Akan tetapi, bukti yang dapat dipertanggung jawabkan untuk terjadinya evolusi berasal dari observasi dari evolusi yang sedang berjalan. Misalkan, dalam observasi evolusi finch (semacam burung kutilang). Sepanjang musim panas selama 18 bulan disalah satu kepulauan galapagos hanya menyisakan biji-bijian berukuran besar yang sulit dimakan sehingga memperbesar ukuran paruh spesies finch di pulau itu.
Perjalanan evolusi manusia
Dengan mempelajari fosil-fosil dan membandingkan dengan spesies manusia saat ini, evolusi manusia bisa dipahami dari dimulainya evolusi vertebrata. Vertebrata yang pertama adalah ikan bertulang primitif. Dan saat ini vertebrata ada tujuh kelas yaitu: tiga kelas ikan, amfibi, reptilia, burung dan mamalia. Mamalia memiliki perilaku yang paling mirip dengan manusia, mereka membesarkan anaknya dengan cara menyusui, si anak menghabiskan tahap pertama kehidupan dengan ibunya dan ini terbukti memiliki makna pertahanan hidup yang penting. Dewasa ini ada 14 macam ordo mamalia, dan manusia merupakan anggota ordo primata. Kemunculan manusia, hominid adalah primata yang mencakup manusia, familia ini terdiri dari dua genera yaitu Austrapolithecus dan Homo. Homo diperkirakan terdiri dari dua spesies: Home eractus yang sudah punah dan Homo sapines (manusia) yang belum punah. Klasifikasi biologi (taksonomi) spesies manusia dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Psikologi evolusioner: genetika tentang persamaan manusia
Darwin berpendapat bahwa evolusi terjadi melalui seleksi alam. Yang menyatakan bahwa dalam setiap generasi, tidak semua individu dalam satu spesies akan bertahan hidup. Individu yang bertahan dan dapat mewariskan gennya adalah individu yang pertahanan hidupnya lebih baik dari pada individu yang mati. Artinya, selama banyak generasi ada banyak perubahan genetika yang dialami oleh spesies tersebut yang membuat pertahanan diri merekan semakin baik dari generasi ke generasi. Teori dibalik psikologi evolusioner ialah beberapa sifat dan perilaku manusia, seperti halnya leher jerapah yang diduga dulunya nenek moyang jerapah ada yang berleher panjang dana ada yang berleher pendek, jerapah yang berleher panjang dapat bertahan hidup karena mereka dapat meraih daun-daun di dahan pohon yang tinggi sedangkan jerapah dengan leher yang pendek tidak dapat bertahan hidup. Sehingga jerapah dengan leher panjang dapat mempertahankan dan mewarisi genetik mereka pada generasi selanjutnya.
Pembahasan tentang psikologi evolusioner
manusia tidak terlahir polos, tetapi manusia dilahirkan dengan kemampuan dan perilaku tertentu. Psikologi evolusioner memberikan penjelasan tentang semua kemampuan dan perilaku ini. Hal ini karena tidak hanya manusia tetapi banyak spesies lain yang juga mengalami evolusi.
Secara logika evolusi tidak mungkin bertanggung jawab sepenuhnya atas semua aspek perilaku sosial seseorang. perilaku seseorang juga bisa didapat dari orang lain dan menyarap norma dan nilai suatu kebudayaan misalnya latar belakang keluarga.
3. Neurofisiologi
Neurofisiologi merupakan divisi biopsikologi yang mengkaji mekanisme neural perilaku melalui otak.
Struktur dan fungi Otak menjadi bahasan utama dalam neurofisiologi.
a. Medulla
Batang otak (brain stem) adalah tempat masuknya urat saraf tulang belakang ke otak. Medulla berisi serabut yang berfungsi untuk menghubungkan antara otak dengan tubuh melalui urat saraf tulang belakang. Medullla juga merupakan pusat saraf untuk aktifitas organ vital seperti bernafas dan denyut jantung. Apabila medulla mengalami kerusakan akan berakibat fatal.
b. Cerbellum
Cerebellum adalah area kecil mirip korteks otak (cerebal cortex), tetapi lebih besar. Cerebellum terletak pada bagian belakang otak sebelah bawah dan terlibat dalam sistem penggerak, terutama aktivitas berjalan. Kerusakan pada cerebellum dapat mengakibatkan gangguan berjalan atau kelemahan otot pada tungkai dan lengan.
c. Diencephalon
Diencephalon terletak pada otak bagian tengah dan terdiri dari dua struktur, yaitu thalamus dan hipothalamus. Hipothalamus berperan dalam mengatur respon. Misalnya, jika kita haus, hipothalamus yang berperan memotivasi kita untuk minum. Thalamus merupakan pusat pemancar yang menerima dan meneruskan informasi ke bagian-bagian dalam otak.
d. Lobus temporal
Lobus temporal terletak dibawah otak dan mengandung sejumlah struktur , termasuk amygdala dan hipokampus. Lobus temporal punya peran dalam mengingat. Diyakini juga lobus temporal terutama amygdala berperan dalam emosi. Kerusakan pada lobus temporal dapat mengakibatkan respon-respon emosional yang khas, mulai dari meningginya emosi dan agresi terhadap ketergantungan dalam perilaku pasif. Korteks pendengaran juga terletak dalam lobus temporal.
e. Lobus frontalis / lobus lipatan depan
Lobus frontalis terletak di belakang mata dan berperan penting dalam fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi. Lobus frontalis adalah tempat utama untuk aktivitas berpikir, bernalar, menganalisa, dan merencanakan. Kerusakan lobus frontalis dapat mengakibatkan perubahan kepribadian dan menurunnya kemamapuan berfikir dan nalar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar